Kualitas dan Parameter Batubara
Kadar TM ditentukan pada
kondisi seperti diterima (as received) yang merupakan parameter yang penting
dalam membuat faktur (invoicing) pengiriman batubara. Seperti diketahui bahwa
air lembab atau lengas (moisture) dianggap sebagai salah satu pengotor
(impurity atau diluent) yang sama halnya seperti abu (ash) dalam
batubara yaitu merupakan komponen-komponen pembentuk batubara yang
tidak dapat terbakar (being incombustible) sehingga dapat menurunkan nilai komersialnya
berupa parameter nilai kalori (calorific value = CV).
Karena itu, pengaruhnya terhadap kualitas batubara harus dikontrol secara ketat supaya dapat dijual (saleable coal) sebagai akibat dari kadarnya yang telah memenuhi persyaratan atau spesifikasi batubara yang diminta oleh pasar atau konsumer. Kadar Total Moisture (Lengas Total)(=TM) batubara yang merupakan jumlah dari kadar lengas bebas (unbound surface or free moisture = FM) dan kadar lengas bawaan (inherent moisture = IM) selalu dilaporkan dalam kondisi seperti diterima (as received = ar). Dengan kata lain, TM = IM + FM. Contoh batubara biasanya diambil sejak dari tahap eksplorasi batubara, tahap penambangan dan tahap pengolahan sampai ke tahap penimbunan (stockpiling) sebelum dikirim ke tempat konsumer/pasar.
Karena itu, pengaruhnya terhadap kualitas batubara harus dikontrol secara ketat supaya dapat dijual (saleable coal) sebagai akibat dari kadarnya yang telah memenuhi persyaratan atau spesifikasi batubara yang diminta oleh pasar atau konsumer. Kadar Total Moisture (Lengas Total)(=TM) batubara yang merupakan jumlah dari kadar lengas bebas (unbound surface or free moisture = FM) dan kadar lengas bawaan (inherent moisture = IM) selalu dilaporkan dalam kondisi seperti diterima (as received = ar). Dengan kata lain, TM = IM + FM. Contoh batubara biasanya diambil sejak dari tahap eksplorasi batubara, tahap penambangan dan tahap pengolahan sampai ke tahap penimbunan (stockpiling) sebelum dikirim ke tempat konsumer/pasar.
Dalam
hal ini, karena lengas bawaan (IM) yang tidak sensitif terhadap atmosfir dapat
dianggap konstan (tetap atau tidak berubah), maka yang dapat berubah-rubah
adalah hanya lengas bebas (FM) yang kadarnya tergantung pada :
-. berbagai kondisi pembasahan
(wetting) karena adanya penyerapan air (absorption) dan pengeringan air
(drying) (desorption) yang disebabkan oleh iklim atau cuaca lokal yang terjadi
selama batubara tersebut tersingkap/terbuka (exposed) dengan udara terbuka
(atmosfir) selama penambangan (mining), pengolahan (beneficiation),
pengangkutan (transportation), penanganan (handling), atau
penimbunan/penyimpanan (stockpiling/storage).
-. distribusi ukuran
partikel/fragment batubara dimana batubara halus (fine coal) dapat menyerap dan
menahan lebih banyak air dari pada batubara bongkah (lump coal).
2.Inherent moisture
Inherent
moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga kapiler
dan pori-pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara
teori dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan
100% serta suhu 30 derajat celcius. Karena sulitnya mengsimulasi kondisi
batubara di kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi menetapkan kondisi
pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.
Standar
internasional, British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi
pendekatan tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 96 – 97 % dengan
suhu 30 derajat celcius. sedangkan standar jepang menetapkan kondisi tersebut
pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu 30 derajat celcius. sehingga hasil
yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil dibandingkan dengan
hasil yang didapat dengan standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu
batubara dapat dipergunakan sebagai tolok ukur tinggi rendahnya tingkat rank
batubara tersebut. Semakin tinggi nilai inherent moisture suatu batubara,
semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
3. Analisa Proximate
Proximate adalah rangkaian analisa awal dalam
pengujian suatu contoh batubara. Analisa proximate adalah pengujian batubara
yang terdiri dari kandungan air ((Moisture in Analysis), zat terbang (Volatile
Matter), kandungan mineral (Ash Content) dan Fixed Carbon
4. Zat terbang (Volatile Matter atau VM,
satuan persen)
Kandungan VM
mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Penilaian tersebut
didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon)
dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio).
Semakin tinggi
nilai fuel
ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar
juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1.2, maka
pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran
menurun. . Penetapan Kadar zat terbang
(Volatile Matter)
5. Kadar karbon (Fixed Carbon atau
FC, satuan persen)
Nilai kadar
karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air
(kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah
seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang
digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa
nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di atas.
6. Belerang
Total (Total Sulphur).
Belerang (sulfur) berada dalam
tiga bentuk utama yaitu a) pyritic sulfur (FeS2) yang berasosiasi
dengan mineral matter atau abu yang berasal dari luar (extraneous/adventitious
mineral matter), seperti slate, shale, claystone dan sandstone, b) organic
sulfur yang terikat secara kimia dalam zat batubara, dan c) sulphates, terutama
dengan Ca dan Fe. Metode
pokok untuk penentuan kadar Total Sulfur (TS) dari suatu batubara adalah metode
Escha dimana suatu contoh dicampur dengan MgCO3 yang telah
dikalsinasi diabukan, sulfur yang dibebaskan membentuk MgSO3 yang
kemudian diekstrak dengan asam atau alkali dan TS ditentukan dengan titrasi.
Ada berbagai metode penentuan bentuk-bentuk belerang yang ada dalam suatu
contoh batubara dan kebanyakan melibatkan penaksiran/estimasi kadar pyritic dan
sulfate dan perhitungan organic sulfur sebagai perbedaannya (by difference).
7. Kalori (Calorific Value atau CV,
satuan cal/gr atau kcal/kg)
CV sangat
berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa batubara,
dan windbox,
serta burner.
Semakin tinggi CV maka aliran batubara setiap jam-nya semakin rendah sehingga
kecepatan coal
feederharus disesuaikan.
Untuk batubara
dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang
tinggi menyebabkan pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas
normalnya (menurut desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya
menjadi lebih rendah
.
Hasil
Laboratorium
PT.Sucofindo (Persero) Palembang Divisi
Batubara
0 komentar:
Post a Comment