Sifat-Sifat Fisik &
Kimia Batubara
1. Sifat
Fisik
Sifat
fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk batubara tersebut,
semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat satu sama
lain.
A. Berat
jenis
Berat
jenis (specific gravity) batubara berkisar dari 1,25g/cm3 sampai 1,70 g/cm3,
pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya. Tetapi berat
jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai batubara bituminous
(1,25g/cm3), kemudian naik lagi menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit sampai grafit
(2,2g/cm3). Berat jenis batubara juga sangat bergantung pada jumlah dan jenis
mineral yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan karbon
juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam penggunaan. Batubara jenis yang
rendah menyebabkan sifat pembakaran yang baik.
B. Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras atau
lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji
kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility Index
(HGI). Nilai HGI menunjukan niali kekersan batubara. Nilai HGI berbanding
terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara
tersebut semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI batubara tersebut
semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
C. Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit sampai warna
hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya akan
vitrain) umumnya berwarna cerah.
D. Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua. Pada
lignit, mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin mempunyai
warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan dari coklat sampai
hitam legam.
E. Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat
memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu batubara.
Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal. Batubara dengan zat
terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
2. Sifat
Kimia
Sifat
kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa penyusun dari
batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawa anorganik. Sifat kimia
dari batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
A. Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan peningkatan
derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% sampai 100%. Persentase akan
lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan hamper 100%
dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting peranannya sebagai
penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam
bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah karbon yang besar yang dipisahkan
dalam bentuk zat terbang
B. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi
metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam
batubara berbitumin serta sekitar 3% smpai 3,5% dalam antrasit.
C. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif.
Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selam evolusi atau
pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20%
atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai 10% dan sekitar 1,5%
sampai 2% dalam batubara antrasit.
D. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar 0,55% sampai
3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada
lignit dan antrasit.
E. Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan kemungkinan
berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam batubara
biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai
konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
• Sulfur Piritik (piritic Sulfur)
• Sulfur Piritik (piritic Sulfur)
Sulfur
Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur yang terdapat
dalam makrodeposit (lensa, urat, kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel
halus yang menyebar).
•
Sulfur Organik
Sulfur
Organik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur, biasanya
berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
•
Sulfat Sulfur
Sulfat
terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil dari seluruh jumlah
sulfurnya.
3. Komposisi
Batubara
Batubara
adalah senyawa hidrokarbon padat yang terdapat dialam dengan komposisi yang
cukup kompleks. Batubara yang merupakan bahan bakar, umumnya tersusun atas
unsure-unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang dan fosfor serat
unsur-unsur lainnya dalam jumlah yang sangat kecil. Pada dasarnya terdapat dua
jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1. Combustible
Matter atau Bahan Dapat Terbakar (BDT)
Bahan Dapat Terbakar yaitu material atau bahan yang dapat dioksidasi oleh oksigen akan menghasilkan kalor. Material dasar tersebut umumnya terdiri dari :
Bahan Dapat Terbakar yaitu material atau bahan yang dapat dioksidasi oleh oksigen akan menghasilkan kalor. Material dasar tersebut umumnya terdiri dari :
•
Karbon Padat (Fixed Carbon)
•
Senyawa Hidrokarbon
•
Senyawa Sulfur
•Senyawa
Nitrogen, serta beberapa senyawa lainnya dalam jumlah yang kecil.
2. Non
Combustible Matter atau Bahan yang Tidak Dapat Tebakar (non-BDT)
Bahan yang Tidak Dapat Terbakar yaitu bahan atau mineral yang tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material/bahan tersebut umumnya adalah senyawa anorganik (SiO2, Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan senyawa-senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil yang akan membentuk abu dalam batubara. Bahan yang tidak dapat terbakar ini umumnya tidak diinginkan keberadaannya karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Bahan yang Tidak Dapat Terbakar yaitu bahan atau mineral yang tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material/bahan tersebut umumnya adalah senyawa anorganik (SiO2, Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan senyawa-senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil yang akan membentuk abu dalam batubara. Bahan yang tidak dapat terbakar ini umumnya tidak diinginkan keberadaannya karena akan mengurangi nilai bakarnya.
4.
Rank
dan Klasifikasi Batubara
Ditinjau
dari beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses coalification,
maka secara umum dikenal beberapa rank batubara yaitu :
1. Peat/gambut,
Tahap pertama terjadinya batubara dimana suatu produk masih masih dalam tahap
awal pembusukan. Disini sisa-sisa tanaman tidak benar-benar membusuk dam
memadat dan masih dalam tahap awal kualifikasi belim terbentuk batubara sreta
terdapaynya selulosa bebas. Bahan ini terbentuk dari dekomposisi dan
disintegrasi tanaman graminae (seperti bambu, tebu, dan alang-alang) oleh
tekanan air dalam rawa. Kandungan abunya tergantung pada lumpur rawa. Bahan ini
bersifat hidroskopis dan memiliki ciri sebagai berikut :
- Warna cokelat, material belum
terkompaksi.
- Mempunyai kandungan air yang sangat
tinggi.
- Mempunyai kandungan karbon padat yang
sangat rendah.
- Mempunyai kandungan karbon terbang
yang sangat tinggi.
- Nilai panas yang dihasilkan sangat
rendah.
2. Brown
Coal, merupakan tahap kualifikasi antara peat dan batubara tingkat rendah dari
suatu kandungan alam yang paling lembut dan mengandung air yang tinggi
3. Lignit,
Istilah Amerika untuk batubara tingkat rendah yang mengandung gross calorific
value dmmf kurang dari 19.3 ml/kg (ASTM-D338) serta memilki kandungan batubara
dan volatile yang tinggi. Disini Lignit dibagi menjadi lignit coklat dan brown
coal. Bahan ini terbentuk dari tumbuhan yang mengalami karbonisasi di bawah
lapisan tanah dalam jangka waktu yang lama. Kadar N, O, S tinggi. Lignit memiliki
ciri-ciri sebagai berikut
a. Warna kecoklatan,material terkompaksi namun
sangat rapuh.
b. Mempunyai kandungan air yang tinggi.
c. Mempunyai kandungan karbon padat yang rendah.
d.Mempunyai kandungan karbon terbang yang tinggi.
e. Nilai panas yang dihasikan rendah
4.Subbituminous-Bituminous,
Yaitu terletak antara
brown coal dan sub bituminous dengan cirri-ciri kandungan air sangat masuk
dalam golongan hard coal dan tingkat rendah masuk dalam bagian lignit dan brown
coal. Bahan ini telah mengalami karbonisasi. Biasanya dipakai pada steam power
plant. Subbituminous-Bituminous memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Warna
hitam, material sudah terkompaksi.
b. Mempunyai
kandungan air yang sedang
c. Mempunyai
kandungan karbon padat sedang
d. Mempunyai
kandungan karbon terbang sedang.
e. Nilai
panas yang dihasilkan sedang
5. Bituminus, Suatu gambaran istilah umum dari
batubara yang beragam dalam tingkatan dari sub bituminus sampai antrasit,
termasuk coking coal.
6. Antrasit,
merupakan batubara yang terjadi pada umur geologi yang paling tua. Antrasit
memiliki struktur yang kompak, berat jenis yang tinggi dan mudah ditepung.
Kalau dibakar hampir seluruhnya habis terbakar tanpa timbul nyala. Antrasit
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Warna
hitam mengkilap, material terkompaksi dengan kuat
b. Mempunyai
kandungan air rendah.
c.
Mempunyai kandungan
karbon padat tinggi.
d.
Mempunyai kandungan
karbon terbang rendah.
e.
Nilai panas yang
dihasilkan tinggi.
0 komentar:
Post a Comment